Sabtu, 25 Desember 2010

DILEMA

Namanya andini. Ketika buka mata pagi ini, ada yang berubah dalam hidupnya. Dia telah menetapkan putusan malam tadi. Mengiyakan satu permintaan, yang selama ini ditolaknya lahir batin.

Menikah. Kata yang familiar, tetapi tak ingin diakrapinya bertahun-tahun ini. Dia tidak ingin, bahkan memikirkannya pun enggan. Tetapi lingkungan tidak emberinya pilihan. Perempuan harus dimiliki seseorang. Dan seseorang itu adalah mahluk egois berjudul lelaki, yang telah dihindarinya entah berapa abad ini.

Menoleh ke cermin andini meringis. Mata bengkak bukan pemandangan bagus. Tapi lebih bagus dibanding rasa yang berkecamuk di benaknya. Kenapa selalu tidak ada pilihan buat perempuan? Apa salahnya sendiri mengarungi hidup. Toch tak ada yang disusahkannya. Bangkit dari pembaringan, terlintas keinginan untuk membatalkan kesepakatannya semalam. Tetapi alasan apa yang bisa diutarakan? Tak sanggup dibayangkannnya berbagi hari dengan makhluk yang tak bisa diterimanya di hati. Oiiiii, hidup. Kenapa harus selalu memilih sih?

Rabu, 13 Oktober 2010

Teman Baru Bernama "sabar"

Ketika batas ketabahan terasa terlampaui oleh ujian, dan tafakkur tak mampu mendamaikan logika yang tercabik, maka saya mencoba berkonsultasi dengan seorang teman. Saya menyiapkan diri untuk mendengarkan nasehat klise semisal “sabar, pasti ada hikmahnya”, hal yang sudah saya hafal dan sering saya utarakan kepada teman lain yang mendapat ujian.

Namun, astagfirullah. Ternyata saya telah berprasangka buruk. Teman saya yang dari segi usia masih jauh lebih muda, bukannya memberi nasehat, tetapi malah mengajak diskusi salah satu sifat Al Khaliq, yaitu maha pengasih dan maha penyayang. Karena sifat maha pengasih dan maha penyayang tersebut, maka mustahil bagi Allah SWT bersifat aniaya. Maka bila seseorang ‘berhasil’ menganiaya orang lain, itu terjadi atas izin Allah. Dan sesuatu yang atas izin Allah, mustahil buruk untuk manusia.

Logika yang sangat sederhana, namun berhasil mengurai benang kusut yang melingkari cerebrum dan merubah arah impuls sehingga selubung jiwa terangkat. Tercerahkan. Maka saat itu berkenalanlah saya dengan teman baru bernama “Sabar”. Katanya, aku akan menemanimu menunggu kebaikan yang dijanjikanNya.

Pare2

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Lingkungan

DEVELOPMENT OF BIOLOGY LEARNING PACKAGES ON ENVIRONMENT ORIENTED

By:

Nurhidayah

ABSTRACT

This research aims to produce a prototype of biology learning packages on environment oriented, biodiversity materials that meet the criteria of valid, practical, and effective.

This research was classified as Research and Development (R & D). Model development packages used refers to 4-D model (Thiagarajan, 1974) comprising stage of defining, designing, development, and dissemination. The development process resulted in the first two phases of learning packages (student book, student worksheets, and lesson plan). Development carried out in the third phases were validation and testing. For purposes of testing, the syntax learning of cooperative learning model using the environment as a medium of learning was done. While the fourth phase was conducted by socialization in other classroom and also to other teachers in order to improve the packages. Subjects of the research were students of SMA 5 Parepare X.A class as many as 29 people. Research instruments used include sheet validation device, instrument observation sheet (teacher proficiency in learning, application of Packages, and student activities), students’ responses on questionnaires to the learning Packages, and test results of learning. These instruments, unless the test result of learning, is an instrument that has been used in previous studies but has been modified as adjustments to the learning model developed in this study.

Development processes of the packages in this study produce a prototype of biology learning device with environment oriented includes student book (SB), the student activity sheet (SAS), and lesson plan(LP) on biodiversity materials that meet the criteria for valid, practical, and effective.

PENDAHULUAN

Degradasi lingkungan dan kecenderungan menurunnya kohesi sosial merupakan dua fenomena yang berkembang di Indonesia. Keduanya merupakan implikasi kebijakan arah pembangunan yang dititik beratkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, yang karena usaha percepatannnya memberi konstribusi yang cukup besar pada menurunnya daya dukung lingkungan. Ketidakberhasilan pembangunan mengentaskan kemiskinan memperbesar tekanan sosial yang bermuara pada menurunya kohesi sosial dalam masyarakat di berbagai wilayah. Kesenjangan yang tercipta memicu konflik horizontal antar elemen bangsa (Nitimiharjo,2006:1).

Dalam bidang pendidikan, kegagalan kebijakan ditunjukkan antara lain oleh tidak terserapnya secara maksimal lulusan lembaga pendidikan dalam dunia kerja. Rendahnya fleksibilitas dunia pendidikan dalam merespon perubahan kualifikasi yang dipersyaratkan dunia kerja memperbesar kesenjangan antara dua dunia yang seharusnya bersinergi. Ahmad Sanusi (dalam Maufur, 2005:2) menyatakan bahwa aktivitas belajar mandiri dan berfikir sendiri sebagai kegiatan esensial siswa masih jauh dari ketercapaian. Praktik pendidikan di sekolah terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual, tidak sejalan dengan pengembangan individu sebabagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian” (Anonim, 2008:7). Proses belajar mengajar didominasi dengan tuntutan untuk menghafalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi ujian atau tes. Kegiatan belajar umumnya menekankan pengembangan siswa sebagai individu, kurang mengembangkan siswa secara bersama sebagai suatu kelompok. Dalam persaingan untuk “mencapai prestasi di antara siswa belum ditanamkan semangat kerjasama dan solidaritas sosial. Akibat praktek pendidikan tersebut, muncul berbagai kesenjangan antara lain kesenjangan akademik, kesenjangan okupasional dan kesenjangan cultural” (Widoyoko, 2008:6). Kesenjangan-kesenjangan tersebut bermuara pada kualitas lulusan dan berimplikasi pada kemampuan lulusan tersebut bersaing dalam dunia global.

Pencanangan konsep pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu upaya mengurangi laju degradasi lingkungan. Dalam bidang pendidikan, konsep pembangunan berkelanjutan antara lain diimplementasikan dalam pendidikan lingkungan hidup yang terintegrasi pada mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari tingkat SD hingga tingkat SMA. Namun demikian dampak dari hasil pendidikan lingkungan tersebut belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun pada lingkungan. Kenyataan akan belum maksimalnya capaian hasil pendidikan ini diakui oleh Menteri Negara Lingkungan hidup Indonesia (dalam Hamzah, 2004:3) yang menyatakan bahwa “materi dan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tidak aplikatif, kurang mendukung penyelesaian masalah lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing.” Menurut Hamzah (2004:1) hal tersebut terjadi akibat konsep pendidikan di sekolah lebih banyak pada tatanan ide dan instrumenal, belum pada tatanan aplikatif. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap pelaksanaan pembelajaran lingkungan dalam rangka mencari alternatif model pembelajaran yang lebih efektif. Hal senada juga ditekankan oleh Soemarwoto (2001:180) bahwa “pendidikan lingkungan hidup perlu ditinjau kembali agar bahan pelajaran dapat diinternalkan dan melahirkan masyarakat yang bersikap dan berkelakuan ramah terhadap lingkungan hidup.”

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan ruang bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat, termasuk pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodir bukan hanya aspek kognitif, melainkan juga mengembangkan secara sinergi kemampuan psikomotorik dan afektif. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip yang dijadikan landasan dalam melaksanakan reformasi dalam bidang pendidikan, yakni Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan yang menekankan bahwa pendidikan dilaksanakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik.

Selain pengembangan kemampuan siswa secara individual, pengembangan keterampilan sosial melalui kegiatan belajar dapat dilakukan melalui berbagai model pembelajaran. Kendala yang umum ditemukan di lapangan terkait dengan penerapan model-model pembelajaran di kelas adalah bahwa bahan ajar yang tersedia bersifat umum. Hasil penelitian Hamzah (2004:2) menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar dan strategi pembelajaran lingkungan hidup selain harus memperhatikan perkembangan peserta didik, kemampuan, minat serta kebutuhannya, juga perlu disesuaikan dengan karakteristik daerah yang bersangkutan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

Keterampilan sosial peserta didik dapat dikembangkan melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif. Dengan strategi kooperatif, peserta didik dapat belajar bekerja sama dan memupuk solidaritas sosial. Selain itu, juga mengembangkan keterampilan sains, suatu keterampilan yang menjadi salah satu tujuan pembelajaran Biologi di SMA.

Dengan demikian keterampilan ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran sains dan keterampilan sosial yang dikembangkan dalam model pembelajaran kooperatif dapat dipadukan dalam pembelajaran Biologi berorientasi lingkungan. Rancangan bahan ajar dengan menggunakan lingkungan yang dekat dan akrab dengan siswa diintegrasikan dengan sintaks pembelajaran kooperatif diharapkan dapat menghasilkan model pembelajaran Biologi yang bermakna bagi siswa.

Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat dan bahan yang digunakan guru dalam mengorganisasikan pembelajarannya. Perangkat pembelajaran disusun oleh guru berdasarkan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam kurikulum nasional. Perangkat pembelajaran dapat terdiri atas Silabus dan Sistem penilaian, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pelajaran, dan instrumen penilaian.

Selain rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam kurikulum nasional, perancangan perangkat pembelajaran oleh guru antara lain harus memperhatikan karakteristik siswa, sarana-prasarana sekolah, tingkat kesulitan materi, dan kemampuan guru. Karena variable-variabel yang harus diperhatikan relative berubah dari waktu ke waktu, maka guru perlu melakukan kegiatan perancangan secara berkala.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Lingkungan.”

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Biologi dan Pengajarannya

Sains adalah sekumpulan pengetahuan berisi fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan penelaahan terhadap alam. Sains sebagai pengetahuan bukan hanya produk, tetapi juga proses.

Sebagai bagian dari sains, Biologi menekankan pada kajian tentang makhluk hidup dan lingkungannya serta interaksi antara keduanya. Biologi Sekolah sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2006 menekankan bahwa orientasi pembelajaran Biologi adalah sebagaimana orientasi sains meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah. Menurut Esler dan Esler (dalam Wahidin, 2008) bahwa terdapat 8 keterampilan proses yang perlu dilatihkan pada siswa dalam pembelajaran sains, yaitu: (1) keterampilan mengobservasi, (2) keterampilan mengklasifikasi, (3) keterampilan mengukur, (4) keterampilan mengkomunikasikan, (5) keterampilan menginferensi, (6) keterampilan memprediksi, (7) keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu, dan (8) keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan.

Agar dapat menguasai keterampilan dasar sains melalui pelajaran Biologi, dibutuhkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, dimana siswa dapat menemukan sendiri fakta-fakta, membangun konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori untuk menumbuhkan sikap ilmiah yang akan berpengaruh positif terhadap kualitas pribadinya kelak.

Cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa menguasai berbagai keterampilan yang dipersyaratkan dalam pembelajaran biologi. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (dalam Arends, 2008:6), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Terdapat berbagai tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan antara lain tipe STAD, JIGSAW, Two Stay Two Strey, dan lain-lain yang keseluruhannya dapat membantu siswa untuk memperoleh (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, dan (3) pengembangan keterampilan social.

2. Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup (PLH) menurut konvensi UNESCO di Tbilisi 1997 merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru (Gyallay dalam Hamzah.2008:5).

PLH sebenarnya telah dimasukkan dalam pendidikan formal di Indonesia sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam bentuk terintegrasi pada hampir semua mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang SD hingga SMA, termasuk sekolah kejuruan. Sejak tahun 1989/1990 hingga kini telah banyak dilakukan pelatihan tentang lingkungan hidup bagi guru-guru untuk malkukan integrasi PLH dalam mata pelajaran yang diampunya masing-masing. Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 “tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup,” tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain.

PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat dan bahan yang digunakan guru dalam mengorganisasikan pembelajarannya. Perangkat pembelajaran disusun oleh guru berdasarkan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam kurikulum nasional. Perangkat pengajaran dapat terdiri atas (1) silabus dan sistem penilaian, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) materi pelajaran, dan (4) instrumen penilaian.

4. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

a. Model Kemp

Menurut Kemp (dalam Trianto, 2007:53) “Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.


b. Model Dick and Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam Trianto, 2007:61). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran.

c. Model 4_D

Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) define (pembatasan), (2) design (perancangan), (3) develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran seperti pada diagram berikut (dalam Trianto.2007:66).


Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara ketiga model pengembangan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel. 3. Perbandingan tiga model pengembangan

Model

Tahap

Kemp

Dick and Carey

Thiagarajan (4D)

Define

o Identifikasi masalah pembelajaran

o Analisis siswa

o Analisis tugas

o Identifikasi tujuan pembelajaran

o Analisis pembelajaran

o Tingkah laku awal dan ciri siswa

o Spesifikasi tujuan

o Identifikasi tujuan pembelajaran

o Analisis pembelajaran

o Tingkah laku awal dan cirri siswa

o Spesifikasi tujuan

o Analisis awal-akhir

o Analisis siswa

o Analisis materi

o Analisis tugas

o Spesifikasi tujuan pembelajaran

Design

o Penyusunan instrumen evaluasi

o Pemilihan media

o Merinci pelayanan penunjang

o Penyusunan tes

o Pemilihan strategi pembelajar-an

o Penyusunan tes

o Pemilihan media

o Pemilihan format

Develop

o Evaluasi belajar dan program

o Revisi

o Penyusunan tes

o Pemilihan media

o Pemilihan format

o Validasi

o Revisi perangkat yang telah di validasi

o Ujicoba terbatas

Disseminate

o Implemtasi

instrumen

o Implementasi instrumen

o Ujicoba berulang

o Revisi

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

METODE PENELITIAN

1. Jenis, Lokasi dan Subjek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development) tentang perangkat pembelajaran yang terdiri dari Buku Siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan perangkat menggunakan model 4-D Thiagarajan. Pemilihan model ini berdasarkan pertimbangan bahwa model Thiagarajan lebih cocok untuk kegiatan pengembangan perangkat pembelajaran, sedangkan model pengembangan yang lain labih mengacu kepada pengembangan sistem pembelajaran. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (dessiminate).

3. Instrumen dan Teknik Analisa Data

Instrument yang digunakan dalam enelitian ini adalah (a) Lembar validasi perangkat pembelajaran, (b) Lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran, (c) Lembar pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran, (d) Lembar pengamatan aktivitas siswa, (e) Angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan (f) Tes hasil belajar.